Seorang anak bertanya kepada ayahnya, "Ayah, berapa penghasilanmu satu jam?"
Mendengar pertanyaan itu, sang ayah marah lalu berkata dengan kasar,"Jangan ganggu aku!!"
Sang ayah baru saja pulang kerja dalam keadaan capai dan wajah muram.
Namun, anaknya bersikeras dengan pertanyaannya "Ayah, berapa penghasilanmu, tolong jawab...!"
Dengan suara yang tidak menyenangkan dia menjawab "delapan dollar satu jam!"
"Ayah, boleh tidak aku pinjam 4 dollar?"
"aku sudah berkata, jangan ganggu aku!!diam dan pergilah kekamarmu!"bentak ayahnya.
Memasuki saat tidur malam, sang ayah sudah merasa agak tenang. Ia menyesali perlakuannya tadi, lalu pergi ke loteng menuju ke kamar anaknya.
"kau sudah tidur?"tanya ayahnya.
ia lalu memberi anaknya 4 dollar yang tadi hendak dipinjamnya. Anaknya mengucapkan terima kasih, lalu menyisipkan tangannya ke bawah bantal dan mengeluarkan dari bawahnya uang 4 dollar yang tampak kusut.
"Sekarang aku pinya 8 dollar! ayah, bolehkah aku membeli sejam saja dari waktumu?"
Sumber : Hikmah dari Sebrang, Unknown Author, Pustaka Zawiyah
Bagaimana Anda Mampu Kuat Bekerja
Bagaimana seseorang mampu bertahan berjam jam bekerja seolah tak mengenal lelah? Apa pula rahasia seorang pekerja lepas pantai yang meninggalkan anak istri bertarung melawan angin dan badai? Bagaimana juga dengan para petani, nelayan, kuli, sopir angkutan, atau pekerja berat yang tahan membanting tulang di tengah terik panas atau dingin malam? Sedangkan di sudut sempit yang lain banyak orang mengeluh karena persoalan yang tak lebih besar dari ujung kuku.
Kekuatan itu bernama Cinta. Cinta yang melahirkan harapan dan mengabdikan itu semua bagi keluarga nun jauh disana, kepada masyarakat banyak yang membutuhkan karya mereka, kepada alam yang mengasuhnya, kepada masa depan kehidupan yang sejahtera, atau kepada hati tempat cinta itu mengalir.
Bila anda berkeluh kesah hanya karena usaha yang perlu lebih keras, maka kenanglah punggung bungkuk seorang kakek penarik sampah di kota-kota. Mereka memiliki sesuatu yang dicintai, yang kepadanyalah seluruh kerja keras ini didedikasikan. Kepada para pekerja keras inilah, kita belajar tentang pengabdian atas nama cinta.
Paku
Ada seorang anak laki-laki yang bersifat pemarah. Untuk mengurangi kebiasaan marah si anak, ayahnya memberikan sekantong paku dan mengatakan kepada anak itu untuk memakukan sebuah paku di pagar belakang rumah setiap kali ia marah.
Hari pertama anak itu telah memakukan 48 paku ke pagar setiap kali dia marah. Lalu secara bertahap, jumlah itu berkurang. Dia mulai menyadari bahwa ternyata lebih mudah menahan amarahnya daripada memakukan paku ke pagar.
Akhirnya tibalah saat dimana anak tersebut merasa mampu mengendalikan amarahnya dan tidak cepat kehilangan kesabaran. Dia memberitahukan hal ini kepada ayahnya, yang kemudian mengusulkan agar dia mencabut satu paku untk setiap hari yang tidak dilaluinya dengan amarah.
Hari-hari berlalu dan anak laki-laki itu akhirnya memberitahu ayahnya bahwa semua paku tercabut olehnya. Lalu sang ayah menuntun anaknya ke pagar. “hmm, kamu telah berhasil dengan baik anakkku, tapi lihatlah lubang-lubang di pagar ini. Pagar ini tadak akan pernah bisa sama seperti sebelumnya. Sama halnya ketika kamu mengatakan sesuatu dalam kemarahan. Kata-katamu akan meninggalkan bekas seperti lubang ini di hati orang lain.”
“kamu dapat menusukkan pisau pada sesorang , lalu mencabut pisau itu. Tetapi tak peduli beberapa kali kamu minta maaf, luka itu akan tetap ada dan luka karena kata-kata adalah lebih suliat sembuh daripada luka fisik.”
Anak itu hanya tertunduk dan makin menyadari bahwa kemarahan tak terkendali adalah perbuatan bodoh yang sangat merugikan diri sendiri dan orang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar